Berbekal ide-ide segar dan konsep matang tentang visi sebuah majalah lifestyle, Reza Puspo mendirikan kerajaan medianya sendiri. Kini, ia adalah CEO dari perusahaan majalah yang mengelola 10 media lokal maupun franchise. Sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, mengingat background pendidikan Reza sama sekali tak ada hubungannya dengan jurnalistik.
“Lulus SMA, saya belajar di Amerika Serikat. Di sana, saya malah tercebur ke dunia media. Waktu itu, saya diajak kerja sebagai anak magang di sebuah media besar. Semenjak saat itu, saya tahu bahwa inilah dunia yang sebenarnya saya cari. Akhirnya, saya putuskan untuk meninggalkan dunia kampus dan fokus memilih media sebagai lahan bisnis yang akan saya geluti secara profesional,” ujar figur ayah penyayang anak itu.
Namun, perjuangan Reza mewujudkan mimpi tidak semudah yang ia kira. Pulang ke Jakarta tahun 1999, ia membuat majalah Neo yang akhirnya hanya bisa hidup sembilan edisi. Untungnya, meski majalah itu gulung tikar, Reza tidak patah arang. Ia tetap menggeluti dunia media, dan menimba ilmu di beberapa majalah besar Ibu Kota dengan jabatan sebagai managing editor.
Meski mapan di majalah besar dengan posisi prestisius, semangat kemandirian Reza tetap menggelora. Ia kemudian teringat ide awalnya dulu untuk membuat sebuah majalah lifestyle khusus untuk orang Jakarta. “Waktu 1999 pulang ke Jakarta, saya lihat meski dilanda krisis, kehidupan lifestyle orang di kota ini tidak mati. Sayangnya, saat itu tidak ada media yang bisa merangkum semua agenda lifestyle tersebut.”
Maka, tahun 2003, Reza keluar dari pekerjaannya untuk membuat majalahnya sendiri dengan cara mengumpulkan modal patungan dari teman-teman dekat. Agar terlihat beda, ia sengaja mengonsep majalahnya dengan ukuran minimalis, namun dibekali konten padat serta dibagikan secara gratis.
Ya, itulah formula awal yang tebersit di benak Reza.
Ia melihat ada peluang untuk majalah gartisan berkembang. Karena jika diperhatikan, setiap datang ke mal, orang jarang belanja. “Mereka justru banyak nongkrong di kafe. Nah, media apa yang tepat untuk menemani mereka di kafe? Jawabannya majalah.”
Dengan tampilan yang elegan, majalah Area akhirnya meluncur dan menuai respons positif dari masyarakat urban Jakarta. Seiring berjalannya waktu, kesuksesan majalah Reza itu mulai diikuti pesaing yang membuat majalah serupa. Namun, dengan memegang teguh konsep lifestyle yang kuat, media garapannya mampu bertahan hingga saat ini.
“Saya percaya bahwa kunci utama menjalankan sebuah media adalah passion. Artinya, kita harus tahu apa yang mau kita buat, ahli di dalamnya, dan bersedia turun langsung untuk menjalankannya. Itu yang sering jadi masalah bagi pebisnis majalah lain. Mereka merasa punya ide, punya uang, tapi minta orang lain untuk menjalankannya. Sehingga ide-idenya tidak deliver dengan baik sehingga banyak freemagazine timbul tenggalam.”
Wujudkan Mimpi Berbekal Semangat
Sofyan Tsaury
Latar Belakang
, Kamis, 31 Desember 2009 at 02.14, in
Langganan:
Postingan (Atom)